1. PETAK
Petak tiba di Pusat Rehabilitasi Orangutan BOS Foundation di Samboja Lestari pada 9 Agustus 1998, saat berusia 2 tahun. Betina ini dipelihara secara ilegal oleh seorang warga daerah Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Setibanya di Samboja Lestari, Petak menjalani masa karantina sebelum memulai proses rehabilitasi di Sekolah Hutan.
Setelah lulus Sekolah Hutan di tahun 2009, Petak melanjutkan tahap pra-pelepasliaran dan bergabung dengan orangutan lain di Pulau Buatan Samboja Lestari, yaitu Pulau 3 dan Pulau 4. Saat di pulau, Petak tumbuh menjadi orangutan mandiri, penyayang, dan keibuan. Ia kerap teramati bermain dengan pasangan induk-anak, Merlin dan Marlon.
Berbekal keterampilan yang ia pelajari selama tahun-tahun rehabilitasi, Petak yang kini berusia 22 tahun telah siap menikmati hidup bebas dan liar di Hutan Kehje Sewen.
2. KOMO
Komo diselamatkan dari seorang warga lokal Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, pada 24 September 2002. Saat itu jantan ini masih berusia sekitar 4 tahun dan telah dipelihara oleh warga selama hampir setahun. Di Samboja Lestari, Komo segera menjalani masa karantina, kemudian bergabung dengan orangutan lain seusianya di Sekolah Hutan untuk memulai proses rehabilitasi.
Selama rehabilitasi, Komo tumbuh menjadi individu orangutan yang tenang, percaya diri, namun tidak menyukai kehadiran manusia. Ia berhasil mengembangkan keterampilan menyintas dengan baik dan menjadi pencari pakan yang handal.
Setelah melalui sembilan tahun masa rehabilitasi yang panjang, Komo yang kini berusia 21 tahun akan segera menikmati kebebasan sejatinya di Hutan Kehje Sewen.
3. GINO
Gino tiba di Pusat Rehabilitasi Orangutan BOS Foundation di Samboja Lestari pada 6 Agustus 2006, saat berusia 12 bulan. Jantan ini diserahkan seorang warga Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur yang mengaku menemukannya berkeliaran sendiri di sebuah area Hutan Tanaman Industri.
Di Samboja Lestari, Gino menjalani karantina sebelum ia melanjutkan rehabilitasi di Sekolah Hutan. Ia berhasil menyelesaikan semua tahapan Sekolah Hutan enam tahun kemudian, dan di tahun itu juga Gino bergabung dengan orangutan lain di Pulau 4 untuk tahap pra-pelepasliaran. Selama menjalani rehabilitasi, Gino bertubuh paling gempal di antara teman-temannya, meski berusia lebih muda. Ia tumbuh menjadi orangutan yang sangat mandiri selama di pulau, pandai mencari pakan alami, dan perlahan menghindari manusia.
Perilaku liar dan kemampuan bertahan hidup Gino di pulau pra-pelepasliaran membuatnya terpilih sebagai kandidat pelepasliaran. Kini Gino yang berusia 14 tahun akan segera mendapat kesempatan menjelajah rumah barunya di alam liar Hutan Kehje Sewen.
4. ZAKIR
Zakir diserahkan ke Samboja Lestari pada 15 Maret 2007 saat berusia 3 tahun. Jantan ini sempat menjadi hewan peliharan seorang warga Samarinda, dan tiba di Samboja Lestari dengan tindikan di kedua telinganya.
Selepas karantina, Zakir bergabung di Sekolah Hutan dan menyelesaikan semua tahapan. Ia tumbuh menjadi orangutan mandiri dan menghindari interaksi dengan manusia. Selama proses rehabilitasi, Zakir dikenal sebagai orangutan dominan, penjelajah, dan pandai mencari pakan alami.
Setelah 12 tahun mengasah keterampilan bertahan hidup, Zakir yang kini berusia 15 tahun akan segera menjelajah belantara Kehje Sewen, tempat ia berkesempatan hidup liar dan bebas.