Tim Post-Release Monitoring (PRM) di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) menghabiskan sebagian besar waktunya mengamati para orangutan yang telah dilepasliarkan untuk mengumpulkan data proses adaptasi mereka di lingkungan baru. Setiap pagi, tim PRM bertolak dari pondok monitoring menuju hutan untuk mencari dan mengamati para orangutan. Tentu saja, hutan berisi beraneka satwa liar selain orangutan, penuh dengan, keanekaragaman hayati mulai dari serangga kecil hingga mamalia unik dan langka. Salah satu keistimewaan pekerjaan tim PRM ini adalah kesempatan menjumpai beragam hewan menakjubkan di habitat alami dan liarnya. Saat ada kesempatan, tim PRM mengabadikan penemuan mereka melalui foto. Mendokumentasikan kehidupan satwa liar yang hidup berdampingan dengan orangutan membuat kami lebih memahami ekologi TNBBBR dan memperbaiki strategi konservasi saat ini dan di masa mendatang di kawasan tersebut.
Baru-baru ini, tim PRM mendokumentasikan beberapa mamalia pemalu dan sulit ditemukan di TNBBBR seperti beruang madu (Helarctos malayanus), kubung sunda (Galeopterus variegatus), dan kukang kalimantan (Nycticebus borneanus).
Sun Bear
Beruang madu (Helarctos malayanus)
Sebagai pemanjat pohon ulung dan bertubuh terkecil dibandingkan spesies beruang lain, beruang madu dikenal sebagai hewan pemalu dan penyendiri. Tim PRM kami menemukan satu beruang baru-baru ini saat sedang mengamati orangutan bernama Desi. Beruang madu ini ditemukan tengah makan serangga kecil di pohon yang sama dengan Desi. Tim tidak menemukan tanda-tanda agresi pada kedua spesies saat mereka sama-sama asyik dengan urusannya sendiri di pohon tersebut.
Sebagian besar pakan beruang terdiri dari buah-buahan, serangga, madu, burung, dan kadang-kadang invertebrata kecil, beruang omnivora ini menimbulkan ancaman yang sangat kecil bagi orangutan. Namun, dengan gigitan kuat dan cakar tajam panjang yang bisa mematahkan pohon dan kayu mati, sebaiknya kita menjaga jarak darinya.
Beruang madu tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera di Indonesia, dan ditemukan di negara Asia Tenggara lainnya seperti: India, Bangladesh, Burma, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Berbagi habitat yang sama dengan orangutan, beruang madu juga menghadapi ancaman serupa terhadap kelangsungan hidup mereka, dan berstatus rentan punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN. Ancaman-ancaman ini menyebabkan pusat rehabilitasi orangutan kami harus menampung lebih dari 60 beruang madu yang diselamatkan di samping sekitar 500 orangutan yang juga kami selamatkan. Untuk memberikan perawatan terbaik bagi satwa luar biasa ini, saat ini kami hampir menyelesaikan sebuah suaka perlindungan beruang madu yang luas, unik, dan berkelas dunia di lokasi yang sama dengan Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari!
Kubung Sunda
Kubung Sunda (Galeopterus variegatus)
Tim PRM kami juga gembira saat menemukan salah satu mamalia tercantik di TNBBBR, kubung Sunda. Kita mungkin tidak menyadari kehadirannya saat melihat kubung Sunda (juga dikenal sebagai colugos) di pohon dekat orangutan. Kubung Sunda dan tupai adalah kerabat terdekat primata yang masih hidup! Kubung Sunda adalah satu dari dari dua jenis kubung yang ada di dunia, jenis kubung lainnya adalah kubung Filipina, sungguh satwa yang sangat unik. Kubung Sunda dapat ditemukan di sebagian besar wilayah Kalimantan dan Sumatera, beberapa wilayah kecil di Jawa Barat, dan di bagian tertentu daratan Asia Tenggara.
Meski kubung Sunda adalah pemanjat handal, mereka terkenal karena kemampuannya meluncur di antara pepohonan sampai lebih dari 100 meter menggunakan selaput luncur (patagium) yang menghubungkan leher dan keempat kaki mereka. Kulit selaput tipis dan ringan berbentuk layang-layang adalah layang-layang alami hutan! Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari pemangsa dengan cepat dan untuk mencari sumber pakan yang tersebar. Mekanan utama mereka adalah daun, tapi mereka juga makan tunas, bunga, buah, dan getah; sehingga tidak menimbulkan kompetisi sumber daya makanan bagi para orangutan yang dilepasliarkan.
Penilaian di tahun 2008 mencantumkan kubung Sunda beresiko rendah di Daftar Merah IUCN dan mereka adalah spesies yang dilindungi hukum di Indonesia, karena populasi dan habitat mereka semakin menurun, dan mereka seringkali diburu di wilayah penyebarannya.
Kukang Kalimantan
Kukang Kalimantan (Nycticebus borneanus)
Terakhir namun tidak kalah penting, tim PRM baru-baru ini bertemu dengan kukang kalimantan, salah satu spesies primata paling unik dan menakjubkan di bumi. Hanya ditemukan di Kalimantan Tengah, Barat, dan Selatan, spesies luar biasa ini adalah primata nokturnal, beracun, semi-soliter, dan memiliki kemampuan menangkap dan memakan serangga serta mencungkil kulit pohon untuk mengekstraksi getahnya. Mereka juga suka minum nektar dan makan beberapa buah-buahan.
Sebagai satu-satunya primata beracun di dunia, dengan mulut penuh gigi kecil dan tajam, gigitan kukang dapat menyebabkan infeksi serius, reaksi alergi, ruam, gatal, kejang otot, demam, pingsan, dan bahkan kematian. Alasan kuat bagi manusia dan orangutan untuk menjauhi mereka di hutan dan membiarkan mereka hidup dengan damai.
Sampai baru-baru ini, kukang di Pulau Kalimantan masih dikelompokkan sebagai spesies tunggal, yaitu kukang Filipina (Nycticebus menagensis). Kukang Kalimantan kini adalah salah satu dari tiga spesies terpisah yang ada di Kalimantan. Dengan status kukang Filipina yang terdaftar sebagai “rentan terancam punah” dalam Daftar Merah IUCN, hampir bisa dipastikan bahwa jika kelak jenis kukang ini didata, statusnya bahkan lebih terancam punah. Jenis kukang ini ditemukan di Kalimantan Tengah, Barat, dan Selatan.
Ketiga mamalia menakjubkan ini menghadapi ancaman serupa dengan orangutan. Mereka semua membutuhkan rumah hutan mereka untuk dilindungi dan dipulihkan. Seperti orangutan, menyelamatkan mereka dari kepunahan di habitat alaminya akan membutuhkan pengelolaan hutan berkelanjutan serta penegakan hukum yang ketat terkait perburuan dan perdagangan. Ekosistem hutan berkelanjutan merupakan paru-paru dunia, dan memiliki berbagai fungsi vital bagi kehidupan, jadi mari kita tingkatkan upaya kita untuk menyelamatkan kehidupan satwa liar indah di TNBBBR.
Teks oleh: Tim PRM di Pondok Monitoring Lewun Kahio, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya