Rangkaian pelepasliaran orangutan terus berjalan, dengan adanya kerja sama antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), USAID LESTARI, dan Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation) yang kembali memulangkan orangutan hasil rehabilitasi ke habitatnya alami. Dalam waktu kurang dari sebulan memasuki tahun 2020, pelepasliaran kali ini menambah populasi orangutan hasil rehabilitasi di TNBBBR menjadi 166 individu.
Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, 15 Januari 2019. Tiga orangutan hasil proses rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng akan kembali dilepasliarkan ke habitat alami di hutan TNBBBR. Ketiga orangutan ini terdiri dari 1 jantan (Chio) dan 2 betina (Rizky dan Mia) yang usianya berkisar antara 13-18 tahun.
Ketiga orangutan akan diberangkatkan hari ini dari Nyaru Menteng langsung ke DAS Hiran dalam perjalanan yang diperkirakan berlangsung selama 19 jam. Daerah DAS Hiran di dalam wilayah TNBBBR, mulai dimanfaatkan sebagai daerah pelepasliaran orangutan sejak Agustus 2019 lalu. Daerah ini telah menampung 33 orangutan hasil rehabilitasi yang dilepasliarkan dalam 4 pelepasliaran.
Andi Muhammad Kadhafi, S.Hut., M.Si., Plt Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, mengatakan, “Sebagai wakil pemerintah Indonesia dalam hal perlindungan satwa liar dan sumber daya alam, BKSDA Kalimantan Tengah bertanggung jawab dalam setiap upaya penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran orangutan. Kami sangat mengapresiasi keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya pelepasliaran yang intensif ini.
“Memasuki tahun yang baru, sangat penting bagi kita untuk memulai dengan semangat baru pula. Oleh karena itu, kami senang bisa kembali melepasliarkan orangutan yang siap hidup liar, kali ini ada 3 individu. Terlepas dari upaya ini, kami juga menghimbau peran serta masyarakat untuk terlibat aktif melindungi orangutan dan habitatnya. Siapapun bisa menghubungi kami dan melaporkan upaya menangkap, memburu, atau memelihara orangutan. Kita bersama selayaknya menjamin orangutan berada di tempat yang sepantasnya. Mari kita bersama menjaga hutan dan seisinya demi anak cucu kita kelak.”
Agung Nugroho, S.Si., M.A., Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, menambahkan, “Kami di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya berkomitmen penuh menjaga keamanan orangutan hasil rehabilitasi yang dilepasliarkan di sini. Hutan di taman nasional ini sanggup menampung para orangutan untuk hidup liar dan bebas, terlindungi, dan berkesempatan untuk berkembang biak.
“Pemanfaatan DAS Hiran untuk pelepasliaran orangutan sejak tahun lalu adalah upaya untuk menjaga persebaran orangutan rehabilitasi yang dilepasliarkan di taman nasional ini. Upaya ini telah membantu orangutan berkembang biak dengan baik, dengan tercatat 2 kelahiran alami di sini. Ini tentu kabar menggembirakan bagi keberadaan orangutan kalimantan yang saat ini berstatus ‘sangat terancam punah’. Kita wajib menjaga mereka untuk tak hanya bertahan, namun juga hidup sejahtera.”
Erlinda Ekaputri, USAID LESTARI Deputy Chief of Party untuk Lanskap Aceh dan Kalimantan Tengah, menegaskan komitmen USAID membantu program pemerintah Indonesia, “USAID LESTARI selalu berkomitmen penuh untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan. Di kesempatan ini, kami mendukung pelestarian orangutan kalimantan yang meski berperan sangat penting dalam menjaga kualitas hutan dan keutuhan ekosistem, dan dilindungi undang-undang, masih menyandang status ‘sangat terancam punah’. Kami percaya, bahwa pelestarian spesies payung ini di hutan-hutan Kalimantan dan Sumatra, akan memberi manfaat yang besar bagi kita semua, karena kita tidak bisa hidup tanpa hutan yang sehat.”
Dr. Ir. Jamartin Sihite, MSc., CEO Yayasan BOS mengatakan, “Kami masih setia dengan komitmen untuk melepasliarkan orangutan sebanyak mungkin dari pusat-pusat rehabilitasi kami ke hutan dan mengeluarkan mereka yang saat ini dirawat di kandang ke pulau-pulau suaka atau pra-pelepasliaran. Ini yang membuat kami kembali melepasliarkan orangutan bahkan di bulan pertama tahun ini. Bagi kami, tidak ada istirahat.
“Di sisi lain, intensitas pelepasliaran yang tinggi, membuat dua situs pelepasliaran yang kami gunakan di Kalimantan Tengah semakin mendekati daya tampung maksimalnya. Wilayah hutan di Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya tidak cukup untuk mengakomodasi semua orangutan yang masih kami rehabilitasi saat ini. Kami harus terus mencari hutan yang memenuhi syarat untuk situs pelepasliaran. Kami berharap dukungan dari pemerintah dan swasta untuk mewujudkan upaya ini.”
Ketiga orangutan yang akan dilepasliarkan kali ini telah menjalani tahap hidup di pulau pra-pelepasliaran, sebuah habitat semi liar yang dipantau secara ketat oleh tim dari Yayasan BOS untuk menampung orangutan yang telah menyelesaikan tahap rehabilitasi di Sekolah Hutan. Di pulau pra-pelepasliaran, para orangutan mempraktikkan semua keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk bekal menyintas di alam liar. Salah satu pulau pra-pelepasliaran Yayasan BOS terletak di Gugusan Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Wilayah ini adalah lahan konservasi seluas 2.089 hektar hasil kemitraan antara PT. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk. dan Yayasan BOS.
Untuk mendukung kesuksesan upaya konservasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, Yayasan BOS selalu bekerja sama erat dengan Pemerintah Indonesia di semua tingkat: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau, BKSDA Kalimantan Tengah, dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
Yayasan BOS juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas dukungan dan kontribusi sejumlah mitra seperti masyarakat Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau, para mitra global kami (BOS Australia, BOS Inggris, BOS Jerman, BOS Swiss, dan Save the Orangutan), lembaga seperti USAID LESTARI, donor dari dunia usaha seperti PT. SSMS Tbk., lembaga-lembaga konservasi seperti kami (termasuk, namun tidak terbatas pada Orangutan Outreach dan The Orangutan Project) serta donor perseorangan dari seluruh dunia, yang mendukung kerja konservasi kami dan pelestarian alam di Indonesia.
**************************************************
Kontak:
Djati Witjaksono Hadi
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Paulina Laurensia
Spesialis Komunikasi
Email: pauline@orangutan.or.id
Hermansyah
Staf Komunikasi BOSF di Nyaru Menteng
Email: herman@orangutan.or.id
**************************************************
Catatan Editor:
TENTANG BOS FOUNDATION (YAYASAN BOS)
Didirikan pada 1991, Yayasan BOS adalah sebuah organisasi non-profit Indonesia yang didedikasikan untuk konservasi orangutan Borneo dan habitatnya, bekerja sama dengan masyarakat setempat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan organisasi mitra internasional.
Yayasan BOS saat ini merawat hampir 500 orangutan di dua pusat rehabilitasi orangutan, dengan dukungan 440 karyawan berdedikasi tinggi, serta para ahli di bidang primata, keanekaragaman hayati, ekologi, rehabilitasi hutan, agroforestri, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, edukasi, dan kesehatan orangutan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.orangutan.or.id.
TENTANG USAID LESTARI
United States Agency for International Development (USAID) adalah lembaga Pemerintah AS terkemuka yang bekerja untuk mempromosikan dan menunjukkan nilai-nilai demokrasi dan memajukan dunia yang bebas, damai, dan sejahtera. Melalui program pembangunan internasional dan bantuan penanggulangan bencana, USAID bermitra untuk menyelamatkan korban bencana, mengurangi kemiskinan, memperkuat pemerintahan yang demokratis, dan membantu orang-orang keluar dari krisis kemanusiaan, kemajuan di luar bantuan dan mencapai kemandirian.
Proyek USAID LESTARI mendukung upaya pemerintah Republik Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG), untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di ekosistem hutan dan ekosistem bernilai konservasi dan karbon tinggi.
TENTANG PELEPASLIARAN
Sejak 2012, Yayasan BOS sampai hari ini telah melepasliarkan 463 orangutan (setelah hari ini menjadi 466) ke dua situs pelepasliaran di Kalimantan Tengah (Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya) dan satu di Kalimantan Timur (Hutan Kehje Sewen).
Pelepasliaran ini adalah yang ke-20 kalinya dilakukan oleh Yayasan BOS di TNBBBR sejak pertama kalinya di bulan Agustus tahun 2016. Dengan ini, jumlah orangutan yang dilepasliarkan di TNBBBR menjadi 166 individu.