Menutup tahun 2019 dengan catatan penting, BOS Foundation kembali melepasliarkan 9 orangutan hasil rehabilitasi di pusat rehabilitasi orangutan Nyaru Menteng dan memindahkan 2 orangutan liar ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Pelepasliaran ini tercapai berkat kerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), dan USAID LESTARI.
Pelepasliaran 11 orangutan ini kami bagi dalam dua keberangkatan, kelompok pertama bertolak di tanggal 13 Desember mengangkut 5 orangutan, dan trip kedua di tanggal 15 Desember mengantar 6 sisanya. Dalam trip kedua, rombongan kami ditemani aktris dan penyanyi Sherina Munaf, produser film Mira Lesmana, dan sutradara Riri Reza, yang sangat bersemangat membantu menyebarluaskan kesadaran pelestarian orangutan dan habitatnya.
Seperti biasa, sesuai prosedur, tim medis kami melakukan pembiusan dan pemeriksaan umum terakhir terhadap para orangutan sebelum mereka dimasukkan ke dalam kandang transport. Kali ini, kami kembali memanfaatkan wilayah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hiran, dengan perjalanan sungai diwarnai banyaknya riam dangkal yang menyulitkan navigasi perahu. Tepi sungai pun didominasi tebing terjal, mempersulit kami mencari titik pelepasliaran berupa tanah rata di tepi sungai.
Pengecekan kesehatan
Bertolak dari Nyaru Menteng, kami menempuh perjalanan mobil sekitar enam jam untuk mencapai Desa Tumbang Melawan. Selama perjalanan, kami berhenti setiap dua jam untuk memberi kesempatan tim medis memeriksa kondisi orangutan serta memberi mereka makan dan minum. Kami tiba di desa sekitar tengah malam dan beristirahat untuk melanjutkan perjalanan keesokan paginya.
During the trip
Di Tumbang Melawan, kami mengganti transportasi dari mobil ke perahu bermotor atau kelotok. Dari sini, perjalanan kami berlangsung relatif lancar, tertolong oleh tingginya volume air sungai akibat hujan di hulu. Namun lancar bukan berarti tanpa hambatan, lo! Karena wilayah pelepasliaran orangutan yang aman selalu ada di hulu sungai, maka kami selalu berangkat melawan arus. Dan kali ini, arus sungai Hiran lebih deras dari biasanya. Di sejumlah titik, para motoris atau pengemudi kelotok kami harus berhati-hati menghindari dorongan arus yang bisa menjebak ke dalam pusaran dan membuat perahu terbalik. Sementara kami semua berpegang erat-erat.
Boat Trip
Kami akhirnya tiba di lokasi titik pelepasliaran setelah 6 jam perjalanan menembus hujan dan arus sungai yang deras. Semua merasa lelah, namun bersemangat. Tujuan akhir kami ke tempat ini belum selesai, yaitu melepasliarkan orangutan!
Sebelas Orangutan Tiba di Taman Nasional!
Sehari setelah bertolak dari pusat rehabilitasi, rombongan trip pertama tiba di titik pelepasliaran. Begitu tiba, tim pelepaslairan segera bekerja cepat melepasliarkan Fungky, Baim, Suja serta anaknya Bella, dan Sidomulyo dari kandang transport mereka. Begitu dibuka, para orangutan ini bergegas memanjat pohon dan menikmati kebebasan mereka.
Saat rombongan kedua tiba di hutan, Sherina berkesempatan membuka kandang pertama. Ia terpesona ketika membuka kandang dan menyaksikan Malee bergegas ke luar dan memanjat pohon di depannya. Diikuti oleh pelepasliaran Hilda dan putrinyam Hadijah, oleh Mira Lesmana, dan berikutnya, Warna oleh Riri Riza. Perjalanan ini mencapai puncaknya saat Franky dan Sapat dilepasliarkan dan semua orang memperhatikan dengan seksama saat keenam orangutan ini merasakan kehidupan bebas sejati.
Pembukaan kandang oleh Sherina Munaf
Pembukaan kandang oleh Mira Lesmana
Pembukaan kandang oleh Riri Riza
Ketika tim pelepasliaran menikmati momen ini, tim Post-Release Monitoring (PRM) segera memulai tugas mereka, mengikuti dan mencatat kegiatan dan perilaku para orangutan. Data yang dikumpulkan tim PRM penting untuk mengetahui sejauh mana para adaptasi para orangutan ini dengan lingkungan baru mereka. Warna dan anaknya Malee menghabiskan waktu bersama Hilda dan anaknya, Hadijah menikmati buah, daun muda, dan rayap yang ditemukan di sana. Begitu pula dengan Franky yang menghabiskan hari pertamanya melahap pakan alami yang melimpah di hutan.
Kami akan terus memantau para orangutan untuk memastikan mereka menyintas dan hidup sejahtera. Pelepasliaran terakhir di tahun 2019 ini menandai 462 orangutan telah dilepasliarkan oleh BOS Foundation ke hutan-hutan di Kalimantan Tengah dan Timur sejak 2012. Dengan tersisanya 457 orangutan masih kami rawat di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng dan Samboja Lestari, kami telah berhasil melepasliarkan lebih banyak orangutan ke hutan dibanding yang masih dirawat! Kami berusaha menjaga momentum ini di tahun -tahun mendatang sampai semua orangutan di pusat rehabilitasi kami hidup sejahtera di hutan!
Teks oleh: Tim Komunikasi BOS Foundation