Tim Post Release Monitoring (PRM) di Kamp Totat Jalu, Hutan Lindung Bukit Batikap, Kalimantan Tengah, memiliki banyak tugas selain mengumpulkan data perilaku para orangutan yang telah dilepasliarkan. Mereka secara teratur memperbaiki peralatan yang rusak di kamp, melakukan survei fenologi bulanan untuk mendata jumlah dan jenis tanaman di Batikap, dan pada Mei lalu menyelamatkan barang-barang dengan sangat cepat sesaat sebelum banjir besar terjadi.
Kamp kami terletak beberapa meter lebih tinggi dari tepi Sungai Posu, dan dari kamp kami tidak bisa melihat langsung sungai itu. Sesekali, hujan lebat di hulu menyebabkan permukaan air sungai naik, dan kami bisa melihat sungai dari kamp. Biasanya pekerjaan kami sedikit terhambat saat itu terjadi, karena transek tempat kami mengamati orangutan juga terendam banjir, namun aktivitas di kamp berjalan normal.
Saat bangun di pagi hari tanggal 28 Mei, semua tampak normal, hingga saya keluar dari kamar. Saat itu pukul 6 pagi dan saya bisa melihat Sungai Posu meluap dan mulai mengarah ke area yang lebih tinggi. Sebuah perahu telah dipindahkan dan ditambatkan ke kamp. Salah satu teknisi yang sedang memindahkan kontainer bahan bakar berteriak, “Air akan naik terus hari ini!”
Air masih jauh dan kami tidak terlalu khawatir. Kami hanya melakukan tindakan pencegahan, mengikat dan memindahkan kayu bakar dan sejumlah barang yang kami simpan di bawah kamp. Dua jam kemudian air menggenangi tanah di bawah kamp dan terus merayap naik! Semua orang mulai mengemasi barang-barang dan memindahkan semuanya dari lantai ke tempat tidur, bangku, dan atap. Pada saat itu meski mulai waspada, kami masih tetap tenang, saya bahkan masih bermain kartu dengan para teknisi. Saat itu air mulai menghampiri sisi kiri kamp.
Tilan, Ekeng, Kosi, dan Sahmin bersantai di
Ketika air mulai membanjiri lantai, baru semua orang mulai bergegas! Baterai surya dipindahkan dari lantai, tas-tas berisi barang-barang berharga dikemas dan disimpan di tempat tertinggi, dan semua perahu dipindahkan dan diikat di depan kamp. Sembari berjalan dengan susah payah melalui air yang terus naik setinggi pergelangan kaki, kami terus memindahkan barang-barang hingga membentuk tumpukan besar kotak, tas, dan peralatan. Kami melakukan semua yang kami bisa dalam sekejap, termasuk menyiapkan perahu dan bersiap meninggalkan kamp, apabila kemungkinan terburuk terjadi. Kini kami hanya bisa menanti.
Air membanjiri lantai Kamp
Kami menunggu, dalam gelisah dan panik yang terus bertambah seiring meningkatnya permukaan air. Pertama air setinggi lutut, kemudian paha, hingga akhirnya hampir mencapai pinggul. Namun sampai situ air berhenti bertambah tinggi, dan kami semua mulai bernapas lega. Kami telah berhasil melewati titik terburuk! Saat itu pukul 1 siang dan kami pun sabar menunggu hingga air benar-benar surut.
Camp Totat Jalu terendam banjir
Pagi yang panik berangsur menjadi sore yang menyenangkan, dengan sebagian dari kami memilih untuk tidur siang di atas ranjang tertinggi, sementara lainnya berenang-renang di area yang biasanya kami gunakan untuk menjemur. Musik dimainkan dan para juru masak kamp menyiapkan makan malam di tengah genangan air setinggi lutut!
Jaya menyelamatkan perahu
Pukul 7 malam akhirnya air surut sampai di bawah lantai kamp dan semua orang mulai membersihkan kotoran yang terbawa banjir dan sejam kemudian semuanya kembali normal (namun air masih menggenang di dekat lantai kamp) dan perahu-perahu sudah kembali diikat di tepi sungai. Hari itu, kami menghadapi banjir tertinggi yang pernah tercatat di Kamp Totat Jalu, sebuah rekor yang semoga tidak perlu dipecahkan!
Teks oleh: Andrea Knox, Koordinator PRM di Kamp Totat Jalu, Hutan Lindung Bukit Batikap