Akhir tahun lalu tim kami di Hutan Lindung Bukit Batikap berkesempatan untuk terlibat dalam fase pertama riset hasil kerja sama yang memanfaatkan camera trap dan kami tidak sabar ingin menunjukkan hasilnya kepada kalian semua!
Setelah melepasliarkan 183 orangutan ke Batikap sejak 2012, upaya kami terfokus pada pemantauan orangutan yang telah dilepasliarkan melalui penjejakan radio, yang telah berhasil memberikan kami data perilaku yang sangat berlimpah untuk menilai proses adaptasi para orangutan ini di hutan. Namun, akibat usia baterai alat pemancar yang terbatas memaksa kami untuk mencari sarana alternatif untuk memantau populasi baru ini dan semoga camera trap atau kamera jebak dapat menjawab kebutuhan ini.
Bekerja sama dengan University of British Columbia, Kanada (UBC) dan Institut Pertanian Bogor, kami menguji coba beberapa kamera jebak untuk mengetahui apakah ini bisa menjadi sarana penelitian yang lebih hemat dan non-invasif untuk mendukung upaya pemantauan pasca pelepasliaran selama ini. Ini adalah pertama kalinya kami menempatkan kamera jebak di situs pelepasliaran dan kami tidak tahu apakah cara ini bisa berfungsi, namun kami tahu bahwa pendekatan non-invasif sangat penting untuk membatasi potensi kontak antara orangutan dan manusia dan karenanya, mengurangi risiko penularan penyakit.
Ujicoba kami menunjukkan hasil awal yang menjanjikan dan di akhir bulan Februari lalu, satu tim dari BOS Foundation dan UBC memasang 30 kamera jebak di Batikap untuk mengumpulkan data untuk lebih memahami perilaku dan pergerakan orangutan di hutan, kepadatan populasi saat ini, dan keberhasilan menyintas para individu orangutan. Hasil pengamatan sangat tergantung pada jumlah data yang bisa terekam oleh kamera, dan kondisi kamera yang tetap utuh, bebas dari gangguan yang disebabkan oleh orangutan atau satwa lain, karena orangutan yang pernah direhabilitasi umumnya bisa sangat kepo atau ingin tahu.
Pemasangan kamera jebak BAT 020 oleh Ginting dan Jacqui
Kamera jebak
Meskipun belum lama dipasang, kami telah mendapat sejumlah keberhasilan memotret orangutan termasuk Mardianto dan Zakia, namun juga beragam satwa lain seperti beruang madu, macan dahan, kucing kuwuk, kucing batu, monyet ekor panjang, lutung dahi putih, babi janggut, kijang, trenggiling, dan masih sangat banyak lagi! Sangat menyenangkan bisa melihat berbagai jenis satwa liar yang jarang terlihat di Batikap dan selama setahun ke depan kami akan secara teratur memeriksa hasil jepretan kamera, mengumpulkan data, dan mengganti kartu SD dan baterai kamera.
Zakia
Beruang madu
Macan dahan
Kijang
Monyet ekor panjang
Babi janggut
Musang leher-kuning
Sementara kita umumnya bertahan di rumah selama masa pandemi COVID-19 untuk menjaga keluarga kita tetap aman, tim PRM di Batikap terus memantau para orangutan, dibantu kamera-kamera jebak yang mengumpulkan data di berbagai pelosok hutan.
Terima kasih banyak kepada Melki Deus Purba, Mhd. Andri Lesmana Ginting dan tim PRM di Batikap serta ahli biologi Eko Prasetyo (Tyo) dan Gloria Manggalagita dari Kantor Pusat BOSF atas bantuannya melaksanakan penelitian penting ini!
Berdiri (kiri-kanan): Mr. Jawau, Mr. Tuwe, Sahmin, Jacqui, Gloria, Duduk (kiri-kanan): Deni, Tyo, Ginting, and Titu
Teks oleh: Jacqui Sunderland-Groves UBC