Pertengahan bulan Maret lalu saya bersama seorang teknisi PRM dari Pondok Monitoring Orangutan Lewun Kahiyo di hutan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), mencari orangutan bernama Vista dan anaknya, Vee. Kedua orangutan ini kami lepasliarkan bulan Juli 2018 lalu. Sebagai dokter hewan di Pusat Regabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, saya tengah mendapat tugas lapangan pada saat itu.
Baca juga: Pasangan Induk-Anak di Antara Grup Pelepasliaran Terbaru
Hutan di wilayah DAS Bemban tempat kami bekerja penuh dengan medan berbukit terjal. Transek yang ada tidak banyak membantu, karena tumbuhan sudah mulai meninggi dan lebat. Tidak banyak wilayah yang bisa dengan mudah kami terobos. Kami harus naik turun bukit dan lembah untuk menemukan keberadaan orangutan.
Menjelang tengah hari, akhirnya kami menemukan Vista dan Vee. Kami segera melakukan pengamatan dan pengambilan data terhadap pasangan induk dan anak ini.
Saat pengamatan
Saat itu, Vista dan Vee tengah berada di atas sebatang pohon matoa (Pometia pinnata) yang tinggi, posisi mereka sulit dilihat dengan jelas tanpa bantuan binokular. Mereka asyik menikmati buah pohon itu yang oleh masyarakat setempat disebut rosciu. Saat diamati, Vee berada sedikit terpisah dari ibunya, namun masih dalam jarak aman. Sembari memainkan daun muda dan memakannya, Vee yang berusia sekitar 3 tahun balas mengamati kami.
Saat makan buah, Vista dan Vee menjatuhkan beberapa buah matoa ke tanah. Karena penasaran, saya dan salah satu teknisi, Domi, mencoba mencicipinya, dan ternyata buah ini memiliki rasa manis yang unik! Terima kasih Vista dan Vee, telah berbagi pengetahuan ini!
Buah matoa/rosciu
Setelah puas memakan buah, Vista kemudian turun ke tanah untuk mencari rayap sambil menggendong erat Vee. Vista menemukan tumpukan rayap di sebuah batang pohon lapuk, dan segera melahapnya. Sayangnya, Vee terlihat belum bisa menikmati rayap yang kaya akan protein seperti ibunya. Masih banyak waktu untuk Vee belajar banyak dari Vista.
Vee
Keesokan harinya, kami melanjutkan pengamatan terhadap Vista dan Vee. Namun cuaca di hari kedua pengamatan ini kurang bersahabat, di bawah langit yang gelap. Saat kami sedang mengamati mereka, tiba-tiba hujan deras datang. Vista dengan gesitnya mengambil daun lontar (Borassus flabbelifer) atau yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai silar untuk menutupi kepalanya dan Vee! Mereka segera mencari perlindungan di balik tajuk hutan yang tebal dan menghilang dari pandangan kami.
Kami pun menuntaskan pengamatan hari itu dan merasa kagum atas pengetahuan Vista memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya. Betapa beruntungnya Vee memiliki ibu cerdas yang siap mengajarinya banyak hal!
Teks oleh: Vivi Dwi Santi, Dokter Hewan di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah