Pada Selasa sore yang tenang, saya dan anggota tim Post-Release Monitoring (PRM) dari Kamp Totat Jalu, di Hutan Lindung Bukit Batikap, tengah bersantai di kamar kami dan menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi melalui jendela yang terbuka. Tanpa kami tahu bahwa sesosok orangutan betina akan membuat hari kami lebih produktif.
Suara gemerisik dahan bergoyang tiba-tiba terdengar dari pepohonan di dekat kamp diikuti oleh penampakan sesosok tubuh oranye. Saya memakai sepatu bot secepat mungkin dan mengikuti orangutan itu, sambil berteriak “ada orangutan!” untuk mengingatkan anggota tim saya.
Kami segera masuk ke hutan dan menyalakan penerima radio untuk mencoba mengidentifikasi pengunjung tak terduga ini melalui sinyal telemetri. Tetapi, tiba-tiba suasana menjadi kacau. Pohon-pohon kembali bergoyang dan satu individu orangutan melakukan kiss-squeak tanpa henti. Awalnya, kami mengira sosok itu adalah orangutan yang kami kenal atau pernah mengunjungi kamp. Belum sempat mengidentifikasi, tiba-tiba pohon lain ikut bergerak, dan orangutan lain muncul bersama seorang anak. Kami mengamati mereka dan mengambil foto, dan setelahnya kami segera sadar bahwa kami tidak mengenal para orangutan ini! Tak lama kemudian kami juga melihat Cindy dan Riwut, pasangan induk-anak populer di Batikap, yang dikenal karena keberanian dan kejenakaan mereka.
Baca juga: Cindy, Ibu yang Luar Biasa untuk Riwut
Anak dari induk orangutan yang tidak dikenal, bersama Riwut
Anak dari induk yang tidak dikenal, bersama Riwut dan betina lain, bermain di pohon dan berayun dari dahan ke dahan. Sementara mereka bermain, induk yang tidak dikenal mulai melakukan kiss-squeak ke arah Cindy untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Keduanya berguling di tanah dan saling menggeram. Tidak ada yang terluka pada pertengkaran itu, namun Cindy kalah dan menghindar ke hutan.
Orangutan betina tak dikenal lainnya
Di tengah-tengah kekacauan ini, tim terus mencoba mengidentifikasi tiga orangutan yang tidak dikenal. Kami masih tidak bisa mengenali wajah mereka, sehingga kami terus mengambil foto mereka sebanyak mungkin. Ketika hari mulai gelap, kami menunggu para orangutan membangun sarang malam dan mencatat lokasi mereka, sehingga kami bisa melakukan pengamatan nest-to-nest terhadap mereka keesokan harinya.
Pasangan induk-anak misterius
Cuaca, sayangnya tidak berpihak kepada kami. Hujan deras turun sepanjang malam hingga sekitar pukul 10 pagi keesokan harinya. Menjelang siang hari, kami pergi untuk memeriksa apakah ketiganya masih tinggal di hutan dekat kamp. Kami beruntung mereka masih ada di daerah tersebut, memberi kami kesempatan untuk mengambil foto lebih baik dari para orangutan dan membantu identifikasi. Kami juga memeriksa sinyal, tetapi tidak dapat mendeteksi sinyal tiga orangutan tak dikenal ini.
Tim PRM kembali ke kamp setelah mengumpulkan lebih banyak data mereka, foto yang diambil siang itu kemudian dibandingkan dengan yang ada di bank data gambar kami. Setelah mencari dari ratusan foto, tim kami akhirnya berhasil mengidentifikasi tiga orangutan misterius ini.
Nantikan bagian #2 cerita kami minggu depan untuk mencari tahu siapa ketiga orangutan misterius ini!
Teks oleh: Danielle Sorrell, Koordinator PRM di Kamp Totat Jalu, Hutan Lindung Bukit Batikap