Beberapa hari yang lalu tim Post-Release Monitoring (PRM) kami dari Pondok Monitoring Lewun Kahio di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya bertemu dengan Bulan, dan pasangan induk-anak, Nanda dan Ananda. Ketiganya dilepasliarkan di bulan Juli 2018 lalu.
Bulan
Tim bertemu dengan Bulan di lokasi yang kami sebut Karangan Sebindang. Ia terpantau dalam kondisi baik dan sehat, dan selama observasi hari itu mengonsumsi banyak sekali buah hutan dan beristirahat di pohon.
Ketika kami tengah asyik mengamati Bulan, sekitar pukul 10 pagi, ada kabar dari tim PRM lain mengatakan bahwa mereka bertemu Nanda dan anaknya yang berusia 2 tahun, Ananda. Keduanya diamati selama beberapa jam; mereka dalam kondisi sehat dan banyak makan pakan alami hutan seperti buah mirip jambu, buah ara, dan umbut rotan. Mereka juga sempat makan rayap. Ananda bermain sendiri dalam jarak beberapa meter dari induknya, namun masih di bawah pengawasan dan di pohon yang sama.
Nanda dan Ananda
Ananda
Menjelang sore hari, pasangan induk anak ini terpantau bermain dan makan bersama orangutan Dina, betina berusia 15 tahun yang dilepasliarkan sebulan setelah Nanda dan Ananda, pada 15 Agustus 2018. Dina juga terpantau sehat dan tampak beradaptasi baik dengan rumah barunya.
Dina
Bulan, Nanda, dan Dina memiliki sejarah yang menyedihkan, ketiganya kehilangan induk di usia muda, dan pernah dipelihara oleh manusia. Mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun pusat rehabilitasi orangutan BOSF Nyaru Menteng untuk mengembangkan keterampilan bertahan hidup dan perilaku alami yang dibutuhkan untuk bisa menyintas di alam liar. Setelah menuntaskan semua tahapan, ketiganya terpilih untuk dilepasliarkan.
“Salah satu hal terbaik bagi kami adalah ketika kami bertemu dengan orangutan ex-rehabilitasi ini di hutan, dan melihat mereka berhasil beradaptasi dengan baik dan hidup sejahtera di Kehje Sewen,” tutur Risfatul Ulya, Koordinator PRM di TNBBBR.
Teks oleh: tim PRM di Pondok Monitoring Lewun Kahio, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.